Selaput ketuban (amnion), pelindung janin dari benturan dan goyangan, ternyata banyak manfaatnya. Antara lain, sebagai alat pembentuk vagina buatan. "Air ketuban nantinya berfungsi membantu membentuk sel, supaya rongga vagina buatan bisa berikatan dengan dinding sel vagina," ujar Hary Paraton, ahli kebidanan dan penyakit kandungan pada Rumah Sakit (RS) Dr. Soetomo, Surabaya.
Hary mengungkapkan hal itu pada Temu Ilmiah Bank Jaringan Indonesia Pertama di Hotel Majapahit, Surabaya, Minggu pekan lalu. Caranya memang tidak mudah, karena harus melalui operasi besar dan pembiusan total.
Menurut Hary, dokter perlu membuat dulu lubang di antara saluran kemih dan anus. Agar lubang tersebut mirip vagina asli, dibuatlah cetakan vagina berukuran 10 x 3 atau 10 x 4 cm, terbuat dari gabus yang diuapkan dengan formalin.
Cetakan itu lalu dilapisi sebagian dengan selaput ketuban (lihat gambar). Selaput ketuban diambil dari ibu yang melahirkan lewat bedah caesar. Dan, ketuban tersebut harus disterilkan dari kuman- kuman penyakit menular, melalui 10 kali pensterilan. Antara lain, dengan cairan kimia normal saline dan sodium hipochlorida.
Kemudian, cetakan berlapis ketuban itu dibiarkan menetap di lubang vagina selama 10 hari. Pada lima hari pertama setelah operasi, si pasien diberi antibiotika. Selebihnya tanpa antibiotika. Setelah 10 hari, cetakan dicopot. Setiap hari, si pasien harus berlatih memperlebar lubang vagina, dengan memasukkan jarinya.
Selain itu, si pasien harus berhubungan seksual sesering mungkin. Itu setelah dokter mengatakan bahwa luka pada bekas operasi tersebut sudah mengering. Maksudnya, agar vagina elastis dan tidak mengerut. Bila saran itu diikuti secara sempurna, 8-10 pekan kemudian, vagina tiruan bakal berfungsi seperti aslinya. Misalnya, mengeluarkan cairan atau mengalami keputihan. "Juga bisa merasakan orgasme," ujar Hary.
Operasi pemasangan vagina tiruan ini cuma berlangsung 15-30 menit, dengan masa rawat inap sekitar 10 hari. Total biaya sekitar Rp 1 juta, untuk membayar ongkos operasi, pembelian obat antibiotika, obat bius, dan rawat inap. Tapi, operasi ini hanya bisa dilakukan pada wanita dewasa. Sebab, anak kecil masih mengalami pertumbuhan.
Pembuatan vagina tiruan ini, selain memakai ari-ari, bisa pula dengan usus. Usus pasien dipotong untuk dibentuk vagina. Pada 15 tahun lampau, para dokter malah memakai kulit sebagai pelapis lubang vagina. Cara lain, misalnya, memasukkan kandung kemih ke dalam lubang vagina buatan. Teknik itulah yang diterapkan pada artis Dorce Gamalama pada 1982.
Berbagai alternatif itu tentunya makin mempermudah wanita tanpa vagina mengatasi masalahnya. Ketiadaan vagina memang merepotkan. Untuk wanita yang tak punya rahim tentu tak jadi masalah, karena yang bersangkutan tidak menstruasi. Tapi, bagi wanita yang punya rahim, darah haid itu akan menumpuk di rahim. Akan timbul infeksi dan kista. Sehingga harus segera dibuat vagina.
Selain itu, wanita tanpa vagina tak bisa melakukan hubungan seksual. Di Indonesia, jumlah wanita seperti ini cukup banyak. RS Dr. Soetomo, misalnya, paling tidak sekali dalam setahun melakukan operasi pembuatan vagina.
Sidik Setiamihardja, ahli bedah plastik yang berpraktek di RS Bina Estetika, Jakarta Pusat, mempertanyakan penggunaan selaput ketuban tersebut. "Apakah ia mempunyai daya tahan terhadap luka," katanya kepada wartawan Gatra Amalia K. Mala.
Maklum, pergesekan akibat hubungan seksual bisa menyebabkan selaput ketuban pada vagina buatan terlepas. Sidik juga mempertanyakan cara penyimpanan ketuban, yang daya tahannya biasanya tidak setangguh kulit. "Waktunya tak diketahui karena tergantung cara penyimpanan dan bahan pengawet," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar