Jika tulisan "Gara-gara Harnet" merupakan pengalamanku sekitar 30 tahun lalu, pada tulisan kali ini adalah cerita pengalaman yang baru saja terjadi beberapa bulan yang lalu. Memang jika dilihat dari usiaku yang sudah hampir 50 tahun, bisa jadi kehidupan sex bukanlah sesuatu yang luar biasa. Rasanya hampir semua macam gaya dari 112 tehnik bercinta ala kamasutra sudah pernah aku praktekan dengan isteri. Tingkat ereksipun sudah beralih dari semula "pandangan hidup" (baru memandang saja sudah hidup) ke "pegangan hidup" (harus dipegang-pegang dulu baru hidup). Bahkan tahun lalu, pernah tiga bulan lebih "si otong" tidak mau bangun, sehingga karena kewalahan, sampai isteri menganjurkan untuk periksa ke dokter spesialis. Awalnya enggan juga ke dokter, karena aku merasa normal-normal saja, namun karena desakan isteri, akhirnya kuturuti juga ke dokter, apalagi Bu dokternya cukup simpati dan menawan kendati usianya sudah lima tahun diatasku. Yach.., istilahku STWB (Setengah Tuwa Buanget).
Singkat cerita, ketika konsultasi, aku diperiksa secara fisik dengan teliti oleh Bu dokter termasuk test darah dilabotarium. Seminggu kemudian, sesuai perjanjian aku kembali lagi ketempat praktek Bu dokter, kali ini tidak didampingi isteri sehingga hanya aku dan Bu dokter di ruang prakteknya.
"Selamat malam Bu dokter"! Sapaku ketika masuk keruangan prakteknya.
"O..selamat malam Pak anto, silahkan duduk! Jawabnya ramah, kemudian dia melanjutkan lagi,
" Begini Pak, setelah saya pelajari dari hasil pemeriksaan minggu lalu, tampaknya tidak ada kelainan diorgan tubuh bapak, semuanya normal-normal saja. Makanya saya juga heran kenapa sampai tiga bulan ngga mau bangun?! Mungkin bapak terlalu cape atau banyak pikiran?
" Ah tidak juga Dok"!!, Jawab saya.
"Atau ada persoalan keluarga sehingga secara psikis berpengaruh"? tanyanya lagi.
" Juga tidak " jawabku singkat.
" Lalu kenapa ya?? Dengan Ibu (isteriku maksudnya) sudah tiga bulan lebih ngga mau bangun, hanya maaf nih.., kalau misalnya dengan wanita lain bagaimana Pak?!
" O.. kalau itu otomatis "!! jawabku spontan. Tidak usah jauh-jauh dok, ngobrol lama-lama dengan dokter saja si "dia" sudah mulai menggeliat nih!!
" Ah.. Pak Anto ada-ada saja, kalau begitu masalah bapak hanya BTL ", jawabnya sambil senyum dikulum..
" Wah.. apalagi BTL? tanyaku penasaran..
" Itu lho .. Bangunnya Tergantung Lawan.."
"Betul sekali Bu Dokter..ngga salah deh kalau saya berkonsultasi kesini!! kami pun tertawa bersama-sama.
Ceritaku dengan Bu Dokter memang hanya sebatas itu, mengingat kedudukan kami saat ini. O.. ya sekedar informasi.. saat ini saya bertugas di luar jawa sebagai kepala kantor perwakilan, sementara Bu dokter juga merupakan dokter senior yang terpandang di Daerah tempat kami sama-sama bertugas. Hubungan antar pemuka masyarakat di sini cukup harmonis dan kompak sehingga rasanya tidak mungkin kami berbuat diluar batas.
Sebagai kepala perwakilan sebuah perusahaan kontraktor, kesibukanku tidak seperti dikantor pusat. Apalagi pada pertengahan tahun dimana proyek-proyek sudah mulai berjalan dan tidak terjadi permasalahan yang berarti, hari-harinya banyak diisi dengan baca koran dan internet termasuk mengunjungi situs 17tahun ini yang terus terang saja situs tersebut memberikan keasyikan tersendiri. Jika pada awal tulisan ini, "si Otong" kena masalah BTL, dengan rutin mengunjungi situs 17Tahun ini, masalaHPun selesai. Caranya? setelah membaca, aku sering meng-create lawan-lawan baru yang disimulasikan pada body isteriku sehingga "si otong" tetap on.., Maklumlah sudah tua, mau jajan nyaliku sudah ciut.
Nah dari sekian rutinitasku selama ini, ada pengalaman menarik dan sedikit controvert yang terjadi beberap bulan yang lalu. Menarik karena aku teringat kembali peristiwa 30 tahun yang lalu dengan Bulik Anna, sementara kuanggap controvert karena ML-nya dengan wanita yang sudah berusia 60 tahun. Saat itu kantorku mendapat kunjungan tidak resmi dari isteri pimpinanku. Dia (sebut saja Bu Winny) sengaja datang untuk bernostalgia karena dulu suaminya pernah menjadi kepala perwakilan disini. Sedianya dia akan datang bersama suaminya hanya saja karena suaminya harus ke luar negeri dengan rekan-rekan bisnisnya, maka dia memilih berlibur kedaerah saja. Seperti halnya penampilan isteri-isteri penggede, Bu Winny pun senantiasa tampil anggun, kulitnya halus terawat sehingga hampir tidak tampak keriput meski usianya sudah 60 tahun. Rambutnya tebal dan panjang dan dipelihara untuk tetap hitam sehingga sekilas tampak seperti rambut milik gadis sunslik.
Karena dia isteri bossku, pada hari kedatangannya Aku dan Isteriku menjemput di Bandara. Dia kami inapkan di hotel yang terbaik di daerah ini. Untuk kegiatannya selama disini, kuminta isteriku saja yang menemani biar lebih leluasa ngobrolnya. Hanya pada hari kedua, ketika aku pulang dari kantor, isteriku sudah dirumah; Lho koq ngga pergi Ma?! tanyaku
"Ngga tuh soalnya Bu Winny-nya sedang ngga enak badan, jadi ya kebetulan aku juga pingin istirahat!!" jawab isteriku sambil menyiapkan meja makan.
" Terus ngga kamu tawarin ke dokter "?!
" Sudah sih tapi dia bilang ngga usah" jawab isteriku lagi.
" O.. ya sudah".
Hanya setelah kami selesai makan malam, aku menyempatkan telepon ke hotel, biasa basa-basi karena biar bagaimana dia khan isteri bossku.
" Hallo Bu.. selamat malam, katanya sakit Bu!! tanyaku di telepon.
" Iya nih pegal-pegal saja, maklumlah sudah tua!" jawab Bu winny diseberang sana.
" Apa perlu saya panggilkan dokter atau tukang pijat"..
" Ah kalau dokter sih ngga usah, saya ngga apa-apa koq. Cuma kalau pijat boleh juga Pak.!", memang ada yang bisa dipanggil malam ini?
" Ada Bu, Mak unah namanya, dia biasa mijat isteri saya juga."
" Boleh juga Pak kalau tidak merepotkan"
" Ah ngga apa-apa Bu (jawabku basa-basi), sebentar saya antar kesana".
Setelah kututup telepon, rupanya isteriku mengikuti pembicaraan kami, langsung berkomentar..
"Syukurin lu, habis pake basa-basi segala, sekarang Papa harus ngantar mak unah, aku males ikut, ingin tidur!!", kata isteriku.
Yach..berhubung sudah terlanjur menyanggupi, terpaksalah aku berangkat sendiri ke rumah mak unah. Hanya karena aku tidak memberi tahu dulu, ternyata mak unah sedang ke rumah anaknya diluar kota. Sempat bingung juga karenya, namun akhirnya kuputus untuk ke hotel saja untuk minta maaf sama Bu winny.
Kuketuk kamar Bu Winny, dan ketika menyambutku dia sudah memakai daster, rambutnya dibiarkan tergerai..
" Oo.. Pak anto, silahkan masuk..mana mak unahnya?"
" Waduh maaf bu, tadi saya tidak ngechek dulu, ternyata mak unah sedang pergi, makanya saya datang mau minta maaf nih.
" O.. ya sudah".. Akhirnya kami ngobrol yang lain sekedar basa-basi untuk mengurangi kekewaannya
"Memangnya ibu sakit apa sih!" tanyaku disela-sela pembicaraan, meskipun sebenarnya aku sudah tahu waktu ditelepon tadi.
"Ini punggung saya pegal-pegal, setelah seharian jalan sama Bu anto"!
" O.. kalau cuma punggung sih saya juga bisa mijat Bu" jawabku sekenanya.
"Ah yang benar Pak, tolonglah kalau bisa.
Waduh kena lagi basa-basiku, harus mijitin nenek-nenek nih.
" Baik Bu, silahkan telungkup, lalu akupun mulai memijat punggung Bu wenny yang tetap dibalut dasternya.
Bu wenny tampak menikmati pijatanku, dan tanpa sadar pikiranku teringat akan cerita setengah baya di situs 17Tahun.com. Kuperhatikan rambutnya yang tebal dan hitam (memang disemir), lalu pijatanku sudah pindah kepundaknya. Kusibak rambut Bu wenny, tampak tengkuknya yang putih, meskipun tampak guratan keriput namun tetap mulus.., terus membayangkan tanpa terasa pijatanku berubah menjadi usapan.. dan anehnya Bu wenny.. malah mengerang.. ahh.. ahh.. enak Pak. Dan aku yang sudah mulai konak.. tampaknya sudah lupa kalau yang kuusap-usap adalah isteri bossku dan sudah berusia 60 tahun.
Lama-lama Akupun memberanikan membuka resleting dasternya yang kebetulan berada dibagian belakang, rupanya Bu wenny tidak memakai BH maka lamgsunglah tanganku bermain dan bersentuhan dengan kulit Bu Wenny bagian belakang. Berulang-ulang tanganku naik turun dari pundak sampai kepantatnya. Malahan di pantatnya aku susupkan tanganku dibalik CDnya dan kuremas-remas. Lebih lima menit kami saling diam, hanya tampak tubuh Bu wenny sudah menggeliat dengan ritme erangan yang semakin cepat, sementara "si otong" juga sudah mulai berontak di balik CDku.
Aku menghentikan usapan, sekali lagi kusibakan rambutnya lalu kucium tengkuknya. Bu wenny diam saja kuperlakukan seperti itu.. bahkan sesaat sambil mengerang.. dia raih kepalaku sehinnga menempel erat ditengkuknya. Kemudian reflek saja tanganku memeluk erat tubuhnya dan jari-jari tanganku sudah berada di payudaranya yang lentur-lentur kenyal. Reflek pula gerakannya, dia memutar kepala sehingga kini bukan bibir dengan tengkuk yang bertemu, namun bibir dengan bibir.., Kami saling menghisap, mengulum.. bak ABG yang baru pertamakali ciuman, sambil tangan kami bergerilya untuk saling melepas pakaian kami masing-masing. Kemudian entah siapa yang memulai. setelah pakaian kami tanggal, posisi kami sudah menjadi 69. Diposisi ini saya temukan sensasi yang luar biasa, karena disamping milik Bu Wenny harum juga tidak berlendir, padahal tubuhnya sudah semakin menggeliat tidak beraturan. Setelah puas dengan posisi 69, barulah "siotong" dibimbing masuk gerbang sorga dunia.. yang kanan kirinya sudah dihiasi umbul-umbul.. (yang jelas hiasan tsb tidak pernah ditemui pada pemilik yang masih ABG).. Kami saling memutar, mendorong.. meremas.. memeluk .. sampai akhirnya.. ahh.. ahh.. "saya mau keluar Pak!!
"saa.. maa.. Bu.. oohh.. akhh.." dan terkulailah kami dalam kenikmatan.., semua menjadi sunyi hanya suara nafas kami saja yang memenuhi ruangan kamar 312.
Singkat cerita, ketika konsultasi, aku diperiksa secara fisik dengan teliti oleh Bu dokter termasuk test darah dilabotarium. Seminggu kemudian, sesuai perjanjian aku kembali lagi ketempat praktek Bu dokter, kali ini tidak didampingi isteri sehingga hanya aku dan Bu dokter di ruang prakteknya.
"Selamat malam Bu dokter"! Sapaku ketika masuk keruangan prakteknya.
"O..selamat malam Pak anto, silahkan duduk! Jawabnya ramah, kemudian dia melanjutkan lagi,
" Begini Pak, setelah saya pelajari dari hasil pemeriksaan minggu lalu, tampaknya tidak ada kelainan diorgan tubuh bapak, semuanya normal-normal saja. Makanya saya juga heran kenapa sampai tiga bulan ngga mau bangun?! Mungkin bapak terlalu cape atau banyak pikiran?
" Ah tidak juga Dok"!!, Jawab saya.
"Atau ada persoalan keluarga sehingga secara psikis berpengaruh"? tanyanya lagi.
" Juga tidak " jawabku singkat.
" Lalu kenapa ya?? Dengan Ibu (isteriku maksudnya) sudah tiga bulan lebih ngga mau bangun, hanya maaf nih.., kalau misalnya dengan wanita lain bagaimana Pak?!
" O.. kalau itu otomatis "!! jawabku spontan. Tidak usah jauh-jauh dok, ngobrol lama-lama dengan dokter saja si "dia" sudah mulai menggeliat nih!!
" Ah.. Pak Anto ada-ada saja, kalau begitu masalah bapak hanya BTL ", jawabnya sambil senyum dikulum..
" Wah.. apalagi BTL? tanyaku penasaran..
" Itu lho .. Bangunnya Tergantung Lawan.."
"Betul sekali Bu Dokter..ngga salah deh kalau saya berkonsultasi kesini!! kami pun tertawa bersama-sama.
Ceritaku dengan Bu Dokter memang hanya sebatas itu, mengingat kedudukan kami saat ini. O.. ya sekedar informasi.. saat ini saya bertugas di luar jawa sebagai kepala kantor perwakilan, sementara Bu dokter juga merupakan dokter senior yang terpandang di Daerah tempat kami sama-sama bertugas. Hubungan antar pemuka masyarakat di sini cukup harmonis dan kompak sehingga rasanya tidak mungkin kami berbuat diluar batas.
Sebagai kepala perwakilan sebuah perusahaan kontraktor, kesibukanku tidak seperti dikantor pusat. Apalagi pada pertengahan tahun dimana proyek-proyek sudah mulai berjalan dan tidak terjadi permasalahan yang berarti, hari-harinya banyak diisi dengan baca koran dan internet termasuk mengunjungi situs 17tahun ini yang terus terang saja situs tersebut memberikan keasyikan tersendiri. Jika pada awal tulisan ini, "si Otong" kena masalah BTL, dengan rutin mengunjungi situs 17Tahun ini, masalaHPun selesai. Caranya? setelah membaca, aku sering meng-create lawan-lawan baru yang disimulasikan pada body isteriku sehingga "si otong" tetap on.., Maklumlah sudah tua, mau jajan nyaliku sudah ciut.
Nah dari sekian rutinitasku selama ini, ada pengalaman menarik dan sedikit controvert yang terjadi beberap bulan yang lalu. Menarik karena aku teringat kembali peristiwa 30 tahun yang lalu dengan Bulik Anna, sementara kuanggap controvert karena ML-nya dengan wanita yang sudah berusia 60 tahun. Saat itu kantorku mendapat kunjungan tidak resmi dari isteri pimpinanku. Dia (sebut saja Bu Winny) sengaja datang untuk bernostalgia karena dulu suaminya pernah menjadi kepala perwakilan disini. Sedianya dia akan datang bersama suaminya hanya saja karena suaminya harus ke luar negeri dengan rekan-rekan bisnisnya, maka dia memilih berlibur kedaerah saja. Seperti halnya penampilan isteri-isteri penggede, Bu Winny pun senantiasa tampil anggun, kulitnya halus terawat sehingga hampir tidak tampak keriput meski usianya sudah 60 tahun. Rambutnya tebal dan panjang dan dipelihara untuk tetap hitam sehingga sekilas tampak seperti rambut milik gadis sunslik.
Karena dia isteri bossku, pada hari kedatangannya Aku dan Isteriku menjemput di Bandara. Dia kami inapkan di hotel yang terbaik di daerah ini. Untuk kegiatannya selama disini, kuminta isteriku saja yang menemani biar lebih leluasa ngobrolnya. Hanya pada hari kedua, ketika aku pulang dari kantor, isteriku sudah dirumah; Lho koq ngga pergi Ma?! tanyaku
"Ngga tuh soalnya Bu Winny-nya sedang ngga enak badan, jadi ya kebetulan aku juga pingin istirahat!!" jawab isteriku sambil menyiapkan meja makan.
" Terus ngga kamu tawarin ke dokter "?!
" Sudah sih tapi dia bilang ngga usah" jawab isteriku lagi.
" O.. ya sudah".
Hanya setelah kami selesai makan malam, aku menyempatkan telepon ke hotel, biasa basa-basi karena biar bagaimana dia khan isteri bossku.
" Hallo Bu.. selamat malam, katanya sakit Bu!! tanyaku di telepon.
" Iya nih pegal-pegal saja, maklumlah sudah tua!" jawab Bu winny diseberang sana.
" Apa perlu saya panggilkan dokter atau tukang pijat"..
" Ah kalau dokter sih ngga usah, saya ngga apa-apa koq. Cuma kalau pijat boleh juga Pak.!", memang ada yang bisa dipanggil malam ini?
" Ada Bu, Mak unah namanya, dia biasa mijat isteri saya juga."
" Boleh juga Pak kalau tidak merepotkan"
" Ah ngga apa-apa Bu (jawabku basa-basi), sebentar saya antar kesana".
Setelah kututup telepon, rupanya isteriku mengikuti pembicaraan kami, langsung berkomentar..
"Syukurin lu, habis pake basa-basi segala, sekarang Papa harus ngantar mak unah, aku males ikut, ingin tidur!!", kata isteriku.
Yach..berhubung sudah terlanjur menyanggupi, terpaksalah aku berangkat sendiri ke rumah mak unah. Hanya karena aku tidak memberi tahu dulu, ternyata mak unah sedang ke rumah anaknya diluar kota. Sempat bingung juga karenya, namun akhirnya kuputus untuk ke hotel saja untuk minta maaf sama Bu winny.
Kuketuk kamar Bu Winny, dan ketika menyambutku dia sudah memakai daster, rambutnya dibiarkan tergerai..
" Oo.. Pak anto, silahkan masuk..mana mak unahnya?"
" Waduh maaf bu, tadi saya tidak ngechek dulu, ternyata mak unah sedang pergi, makanya saya datang mau minta maaf nih.
" O.. ya sudah".. Akhirnya kami ngobrol yang lain sekedar basa-basi untuk mengurangi kekewaannya
"Memangnya ibu sakit apa sih!" tanyaku disela-sela pembicaraan, meskipun sebenarnya aku sudah tahu waktu ditelepon tadi.
"Ini punggung saya pegal-pegal, setelah seharian jalan sama Bu anto"!
" O.. kalau cuma punggung sih saya juga bisa mijat Bu" jawabku sekenanya.
"Ah yang benar Pak, tolonglah kalau bisa.
Waduh kena lagi basa-basiku, harus mijitin nenek-nenek nih.
" Baik Bu, silahkan telungkup, lalu akupun mulai memijat punggung Bu wenny yang tetap dibalut dasternya.
Bu wenny tampak menikmati pijatanku, dan tanpa sadar pikiranku teringat akan cerita setengah baya di situs 17Tahun.com. Kuperhatikan rambutnya yang tebal dan hitam (memang disemir), lalu pijatanku sudah pindah kepundaknya. Kusibak rambut Bu wenny, tampak tengkuknya yang putih, meskipun tampak guratan keriput namun tetap mulus.., terus membayangkan tanpa terasa pijatanku berubah menjadi usapan.. dan anehnya Bu wenny.. malah mengerang.. ahh.. ahh.. enak Pak. Dan aku yang sudah mulai konak.. tampaknya sudah lupa kalau yang kuusap-usap adalah isteri bossku dan sudah berusia 60 tahun.
Lama-lama Akupun memberanikan membuka resleting dasternya yang kebetulan berada dibagian belakang, rupanya Bu wenny tidak memakai BH maka lamgsunglah tanganku bermain dan bersentuhan dengan kulit Bu Wenny bagian belakang. Berulang-ulang tanganku naik turun dari pundak sampai kepantatnya. Malahan di pantatnya aku susupkan tanganku dibalik CDnya dan kuremas-remas. Lebih lima menit kami saling diam, hanya tampak tubuh Bu wenny sudah menggeliat dengan ritme erangan yang semakin cepat, sementara "si otong" juga sudah mulai berontak di balik CDku.
Aku menghentikan usapan, sekali lagi kusibakan rambutnya lalu kucium tengkuknya. Bu wenny diam saja kuperlakukan seperti itu.. bahkan sesaat sambil mengerang.. dia raih kepalaku sehinnga menempel erat ditengkuknya. Kemudian reflek saja tanganku memeluk erat tubuhnya dan jari-jari tanganku sudah berada di payudaranya yang lentur-lentur kenyal. Reflek pula gerakannya, dia memutar kepala sehingga kini bukan bibir dengan tengkuk yang bertemu, namun bibir dengan bibir.., Kami saling menghisap, mengulum.. bak ABG yang baru pertamakali ciuman, sambil tangan kami bergerilya untuk saling melepas pakaian kami masing-masing. Kemudian entah siapa yang memulai. setelah pakaian kami tanggal, posisi kami sudah menjadi 69. Diposisi ini saya temukan sensasi yang luar biasa, karena disamping milik Bu Wenny harum juga tidak berlendir, padahal tubuhnya sudah semakin menggeliat tidak beraturan. Setelah puas dengan posisi 69, barulah "siotong" dibimbing masuk gerbang sorga dunia.. yang kanan kirinya sudah dihiasi umbul-umbul.. (yang jelas hiasan tsb tidak pernah ditemui pada pemilik yang masih ABG).. Kami saling memutar, mendorong.. meremas.. memeluk .. sampai akhirnya.. ahh.. ahh.. "saya mau keluar Pak!!
"saa.. maa.. Bu.. oohh.. akhh.." dan terkulailah kami dalam kenikmatan.., semua menjadi sunyi hanya suara nafas kami saja yang memenuhi ruangan kamar 312.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar