”Saat itu aku berumur 18 tahun, ketika dokter memberikan penjelasan, bahwa aku tidak memiliki vagina dan rahim. Pada saat aku diberi penjelasan oleh dokter, aku nggak begitu pusing. Tetapi beberapa hari berikutnya, baru aku sadar. Aku tidak memiliki vagina, dan tidak memiliki rahim. Nggap punya rahim masih nggak apa – apa, tetapi nggak punya vagina ? Aku langsung sadar, kalo aku merasa seperti bukan wanita.
Dari luar, kayaknya nggak kelihatan kalo ada yang ganjil. Aku punya klitoris, bibir kemaluan, dan juga bulu pubis. Namun hanya mempunyai lubang kecil sedalam 3 cm, dan buntu. Aku sama sekali nggak sadar, kalo sebenarnya aku nggak punya vagina. Aku mulai sadar, ketika denger temen – temen sebayaku pada menstruasi. Tetapi aku kok blom ?
Ah, aku waktu itu nggak musingin soál menstruasi, toch suatus saat datang juga. Waktu aku usia 16 taon, aku punya pacar, dan kayaknya kita oke banget. Saling cinta dan sayang. Pada suatu hari kita ngelakuin ML ( making Love ). Tetapi gagal ! Kita sudah nyobain berbagai cara, tapi anu boy friend-ku nggak bisa panetrasi kedalam. Seperti ada tembok yang ngeganjal. Aku juga kayak orang tegang, dan kesakitan. Trus kita batalan ML.
Keesokan harinya, aku pergi ke dokter. Dan disana dilakukan berbagai pemeriksaan. Akhirnya aku dirujuk ke dokter specialis kandungan. Setelah ngelakuin berbagai prosedur pemeriksaan, diantaranya MRI scan dan Echo, akhirnya dibuat diagnosa. Aku tergolong penderita MRK Syndrom, ” Penjelasan Sanne ( 20 tahun ) .
Ternata syndrom yang diderita oleh Sanne cukup unik. Tak heran menimbulkan berbagai pertanyaan seperti,
“Kalo nggak punya vagina, gimana kencingnya ? “
Pertanyaan ini juga sering didengar Sanne seperti yang juga dituturkan dalam acara talk show disebuah acara televisi Belanda. Sanne tentu saja bisa kencing, karena saluran kencing, dan saluran vagina berbeda. Sanne tetap memiliki saluran dan lubang kencing. Tetapi, dia tidak memiliki lubang vagina.
Kasus yang dialami Sanne adalah menyedihkan dan mengharukan. Tak heran, Sanne sendiri pernah mengalami depresi, dan minum obat anti depresi tiga kali sehari. Bahkan akhirnya dia dirujuk ke psikiater, dan dirawat dirumah sakit. Untunglah, kondisi jiwanya cepat mengalami perubahan, dan bisa menjadi gadis yang kuat dan tabah menghadapi kasusnya.
Setelah memakan periode yang cukup lama, akhirnya Sanne melakukan operasi pembuatan vagina ( bisa diambil dari kulit lengan bagian atas, usus, dan kulit bagian perut ). Pada kasus Sanne, dia memilih dibuatkan vagina dengan mengambil sebagian dari kulit perutnya.
Setelah 6 minggu menjalani operasi, Sanne diperbolehkan untuk melakukan hubungan intim. Akhirnya kegembiraan menyelubungi dirinya, karena dia kini menjadi bahagia. Walau harus tetap disadari, bahwa Sanne tidak memiliki rahim.
Source : majalahdewadewi.wordpress.comhttp://asaborneo.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar