Rabu, 23 Mei 2012

Cerita Dewasa || Ayu tingting


siapa yang gak tau ayu tingting , ini ada cerita dewasa ayu tingting , dan ini hanya cerita dewasa fiksi bukan terjadi pada kenyataanya oke , hanya cerita belaka."Yah,

Kita terlambat deh, Yu." keluh Dinda.
"Sudah lewat lima menit nih", Ayu Ting Ting langsung lunglai.
Kuliah pertama hari ini dosennya killer banget, namanya Pak Sundjoto. Ia benar-benar takut sama Pak Sundjoto. Namanya saja sudah Sundjoto, bagaimana senjatanya. Finally, mereka harus bolos kuliah. Itu lebih baik, daripada mereka harus dihukum menyalin tugas statistik tujuh kali.
"Ya udah deh, aku mandi dulu. Kau juga Din, nanti masuk angin" kata Ayu Ting Ting sambil segera masuk ke kamarnya dengan lemas.

Dinda benar-benar merasa bersalah. Seharusnya ia tak terlalu lama memilih-milih bra tadi, tapi Dinda memang paling senang pilih-pilih underwear. Bisa dikategorikan bahwa Dinda seorang kolektor underwear. Akibatnya mereka harus mengejar waktu menembus hujan yang cukup deras, tapi nyatanya tetap harus terlambat. Untuk menebus kesalahannya itu Dinda memasakkan mie goreng untuk Ayu Ting Ting. Ayu Ting Ting gemar banget sama mie goreng, dan itu merupakan senjatanya untuk meminta maaf kepada Ayu Ting Ting.

Dinda tak peduli kedinginan. Tanpa harus mandi dulu, ia sudah menggorengkan mie untuk Ayu Ting Ting. Lalu Dinda segera membawa mie goreng "made in" dirinya ke kamar Ayu Ting Ting. Ayu Ting Ting kaget ketika Dinda tiba-tiba masuk ke kamarnya begitu saja. Pasalnya Ayu Ting Ting belum selesai memakai bajunya. Ia masih bertelanjang dada. Untung bagian paling sensitifnya sudah 'diamankan' sebelum Dinda masuk tadi.

Dinda juga tak kalah kagetnya. Ia sampai terbengong-bengong memandangi pemandangan indah yang terhampar di depan matanya. Kedua bukit kembar Ayu Ting Ting membusung di depannya. Sekal membulat sedikit berlebihan untuk tubuhnya yang agak kurus. Kedua bola mata Dinda yang bening nanar memandangi kedua daging kecil coklat kemerah-merahan yang bertengger di kedua ujung bukit kembar itu. Darah Dinda bagai disiram air hujan, dingin menggigil. Ia terbayang beberapa adegan blue film yang pernah ditontonnya.

Hujan semakin deras di luar. Petir mengelegar memekakkan telinga. Dinda tersentak mendengarnya.
"Ah, maaf Yu. Aku tak sengaja. Ini mie goreng untukmu. Makanlah selagi hangat," kata Dinda sedikit gugup.
Diletakkannya sepiring mie goreng itu di meja rias. Dinda segera berbalik hendak pergi tapi urung karena Ayu Ting Ting memanggilnya.

"Din, aku masuk angin. Kamu mau kerokin kan aku?" pinta Ayu Ting Ting.
Mulanya Dinda ingin menolak. Dia takut birahinya muncul dan salah tempat karena Ayu Ting Ting dan Dinda sejenis. Tapi melihat wajah memelas Ayu Ting Ting, perasaan bersalah Dinda kembali muncul. Bagaimanapun juga Dinda yang menyebabkan Ayu Ting Ting jadi masuk angin. Akhirnya Dindapun bersedia menuruti permintaan Ayu Ting Ting.

"Sebentar aku ambilkan balsemnya," ujar Dinda segera keluar kamar Ayu Ting Ting.
Tapi ternyata Ayu Ting Ting menyusul Dinda. Ayu Ting Ting berfikir di kamar Dinda juga tidak apa-apa, sama saja. Maka dengan hanya mengenakan CD-nya Ayu Ting Ting masuk ke kamar Dinda. Tentu saja Ayu Ting Ting tidak perlu khawatir karena mereka hanya berdua di rumah itu saat ini.

"Disini saja, Din." kata Ayu Ting Ting membuat Dinda terkejut tak menyangka Ayu Ting Ting akan menyusul ke kamarnya.
Ayu Ting Ting menelungkupkan badannya diatas ranjang. Kemudian Dinda duduk di tepi ranjang untuk mulai mengerokin kulit punggung Ayu Ting Ting. Tapi niat itu urung dengan tiba-tiba. Jemari Dinda menyentuh kulit punggung Ayu Ting Ting sekilas. Kulit punggung Ayu Ting Ting halus sekali.

Punggung Ayu Ting Ting yang agak kecoklat-coklatan nampak belang di bagian yang biasa tertutup tali bra. Tanpa sadar Dinda menyentuhkan jari telunjuknya menyusuri bagian punggung Ayu Ting Ting yang belang itu. Dari punggung atas teruuss menyamping. Ayu Ting Ting yang merasa kegelian membalikkan badan. Pada saat itulah tanpa sengaja jari telunjuk Dinda menyentuh pAyu Ting Tingdara kiri Ayu Ting Ting.

"Kenapa, Din?" tanya Ayu Ting Ting sedikit mengatupkan mata menahan rasa merinding di tubuhnya.
"Kulitmu halus sekali."ujar Dinda dengan nafas tersendat.
Mata Dinda kembali tertuju pada bukit kembar yang terpampang di depannya.
"Milikmu besar sekali." lanjut Dinda.
"Kamu sudah pernah ML (make love) ya?"
"Siapa bilang? Ini keturunan.", jawab Ayu Ting Ting sambil sedikit mengangkat bukit kirinya ke atas, bagaikan menantang setiap tangan untuk memegangnya.

Birahi Dinda yang mulai terbakar dan imbas dari kehujanan tadi membuat Dinda menggigil. Kemudian dilepaskannya kaosnya yang sudah agak kering. Tersembulah dua bukit kembar Dinda yang masih terbalut kain bra. Dua bukit yang sebenarnya agak kecil itu terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya karena menegang menahan birahi Dinda yang mulai meluap. Entah mengapa Ayu Ting Ting menjadi senang ketika Dinda melepas kaosnya.

"Milikmu juga besar Din." kata Ayu Ting Ting.
Dinda memandangi kedua bukit yang masih tertutup kain itu
"Coba aku buka ya" pinta Ayu Ting Ting.

Ayu Ting Ting menempelkan tubuhnya ke tubuh Dinda untuk membuka pengait bra di punggung Dinda sehingga Dinda mudah untuk melepaskannya. Mata Ayu Ting Ting berbinar-binar memandangi dua bukit kembar ukuran 32 milik Dinda itu. Walau sedikit lebih kecil dari miliknya, tapi milik Dinda itu nampak lebih ranum. Tentu saja itu karena birahi Dinda yang mulai bergolak. Tiba-tiba Dinda melepaskan klok yang dipakainya. Sesekali gerakannya tersendat. Kini mereka berdua sama. Hanya memakai CD tanpa penutup lain.

"Yuu.. aku rasanya mau.." suara Dinda mendesah
"Mau apa?" tanya Ayu Ting Ting dengan tatapan menggoda.
"Aku tak bisa menahannya Yu.." suara Dinda makin mendesah.

Tahulah kini Ayu Ting Ting apa yang diinginkan Dinda. Ia segera menarik tuduh Dinda merebah. Kemudian dirabanya dada Dinda perlahan dan lembut. Diresapinya kehalusan kulit Dinda senti demi senti. Disentil-sentilnya puting pAyu Ting Tingdara Dinda setiap kali jemari Ayu Ting Ting menyentuhnya. Dada Ayu Ting Ting bergemuruh, nafasnya naik turun. Sedang Dinda tersengal-sengal menikmati setiap sentuhan Ayu Ting Ting.

"Yu.. ooh.. dinginn.."
"Din.. kamu menggairahkan banget.. aku.. juga mau.."

Ayu Ting Ting mulai gelap mata. Kini ditindihnya tubuh Dinda. Bibir Ayu Ting Ting menyentuh bibir Dinda. Dilumatnya bibir bawah Dinda dengan rakus, dihisap dan digigit-gigit kecil. Dipermainkannya lidah Dinda dengan lidahnya hingga membuat Dinda berkerjap-kerjap. Bukit kembar mereka saling menghimpit. Keduanya nampak seperti kembar siam saja, saling menempel dan melumat. Dinda menggesek-gesekkan kemaluannya pada kemaluan Ayu Ting Ting berirama. Sedangkan kedua tangannya telah meremas-remas kedua bokong Ayu Ting Ting yang semok dan sekal. Nafas keduanya semakin memburu menikmati apa yang belum pernah sekalipun mereka rasakan.

"Ahgh.. Yu.. enak.. teruus aahh" rintih Dinda di sela-sela cumbuan Ayu Ting Ting.
Bibir Ayu Ting Ting turun menjilati leher Dinda yang jenjang dan memberikan gigitan-gigitan kecil sehingga nampak noda merah di beberapa tempat di leher Dinda. Gejolak birahi Dinda yang telah bergolak bagai tak bisa dibendung menyambar-nyambar bagai kilat di sore itu. Dibalikkannya tubuh Ayu Ting Ting sekuat tenaga.

Kini posisi mereka berbalik. Dinda yang berbadan lebih besar menghimpit tubuh Ayu Ting Ting. Tanpa banyak pikir diremasnya bukit kembar Ayu Ting Ting bergantian. Makin lama semakin keras. Ayu Ting Ting meringis menahan sakit. Lalu Dinda memasukkan puting merah kecoklat-coklatan itu ke dalam mulutnya. Di dalam mulutnya Dinda meniup dan menghisap daging kecil itu. Dijilatinya beberapa bagian yang bisa digapai oleh lidahnya. Kemudian digigit-gigitnya gemas daging yang sudah sangat keras itu.

"Achh.." teriak Ayu Ting Ting kesakitan.
Ayu Ting Ting membenamkan kepala Dinda ke dadanya yang semakin dibusungkan. Ayu Ting Ting benar-benar melayang. Manakala jemari Dinda mulai meraba-raba isi dibalik CD-nya. CD itu telah basah bermandikan lendir yang berasal dari lubang vagina Ayu Ting Ting. Dinda meraba-rabanya. Tangannya kini telah menelusuri setiap lekuk bukit belah yang berumput basah itu. Disentilnya sesekali ketika cemarinya menyentuh daging kecil yang tersembul di antara belahannya.

"Ehh.. nikmat sekali Din.. teruss lakukan teruss.. ehh" Ayu Ting Ting mengerang kenikmatan.
Dinda tak banyak bicara. Ia hanya mendengus-dengus memburu sambil terus mengulum puting susu Ayu Ting Ting. Ditekannya vagina Ayu Ting Ting dengan telapak tangannya. Tersembur cairan kental dari lubang vagina Ayu Ting Ting yang kini menempel di tangannya. Dinda menghentikan kulumannya. Dilihatnya telapak tangannya yang basah oleh cairan dari lubang vagina Ayu Ting Ting itu. Dijilatnya cairan itu. Tak berasa.

"Kenapa berhenti, Din?" kata Ayu Ting Ting kesal.
"Ikuti petunjukku Ayu Ting Ting," pinta Dinda.
Dinda segera melepas CDnya. Kini ia dalam keadaan telanjang bulat. Tak selembar kainpun membalut tubuhnya. Dilemparkannya CD yang telah basah itu entah kemana. Kemudian dilepasnya pula CD milik Ayu Ting Ting. Ayu Ting Ting membantu dengan meregangkan selangkangannya. Kini mereka telah sama-sama polos seperti bayi.

Dinda kini berganti posisi tidur. Tubuhnya masih tetap menindih tubuh Ayu Ting Ting. Tapi mukanya kini sudah berada di atas selakang Ayu Ting Ting. Dan wajah Ayu Ting Tingpun sudah berada di bawah selakang Dinda. Dinda memulainya dengan menciumi vagina Ayu Ting Ting. Kemudian lidahnya mulai bermain-main di rerumputan yang telah basah itu.

Ayu Ting Ting bagai diperintah mengikuti semua yang dilakukan Dinda. Disapunya semua bagian vagina Dinda yang ditumbuhi bulu-bulu yang agak jarang. Dijilat-jilatnya klitoris Dinda lalu dihisapnya agak kuat. Dinda mendesis-desis kegelian. Lalu dilakukannya hal serupa pada vagina Ayu Ting Ting membuat Ayu Ting Ting bergelinjangan. Ditekan-tekannya kembali vagina Ayu Ting Ting dengan telapak tanggannya. Suur.. cairan kental itu kembali keluar. Dijilatinya dinding vagina Ayu Ting Ting sehingga membuat Ayu Ting Ting semakin terlena.

Tiba-tiba Dinda melihat lubang berwarna coklat kemerah- merahan yang agak terkatup. Dijilat-jilatnya lubang itu, Ayu Ting Ting bergelinjangan. Dinda terus menjilatinya sambil mengingat-ingat salah satu blue film yang pernah ditontonnya. Mungkin lubang inilah yang dimaksud. Lubang yang selalu disodok oleh penis kalau ingin mendapatkan kepuasan tertinggi. Mata Dinda berbinar-binar. Ia berguling ke samping, lalu membisikkan sesuatu ke telinga Ayu Ting Ting.
"Aku akan membawamu terbang, Yuu.."

Ayu Ting Ting mengangguk pasrah. Yang terpenting baginya adalah menikmati permainan Dinda selanjutnya. Dinda meraih sebatang wortel dari rak sAyu Ting Tingr di bawah meja. Kemudian ditekuknya siku kaki Ayu Ting Ting dengan posisi agak mengangkang sehingga kepala Dinda mudah mencumbu kembali bagian terpeka Ayu Ting Ting itu. Dengan perlahan ditusukkannya ujung wortel itu ke dalam lubang kemaluan Ayu Ting Ting. Ayu Ting Ting merintih-rintih kesakitan. Vaginanya terasa panas dan nyeri. Tapi Dinda terus mendorongnya ke dalam.

"Aaahh.." Ayu Ting Ting menjerit badannya terduduk seketika.
Matanya liar memandangi benda apakah gerangan yang telah membuatnya merasa kesakitan. Darah segar menyembur, keperawanan Ayu Ting Ting telah amblas. Dinda menarik keluar batang wortel itu, tapi belum sampai keluar sepenuhnya, sudah dimasukkan kembali. Mata Dinda mengerjap-ngerjap. Sedang Ayu Ting Ting memandangi batang wortel yang keluar-masuk lubang keperawanannya dengan nafas menghentak-hentak. Ada rasa nikmat di antara rasa nyeri di lubang kewanitaannya.

Kemudian direbutnya batang wortel itu dari tangan Dinda. Dimasukkannya ujung wortel itu lebih dalam dengan tangganya sediri. Matanya terpejam menikmati kenikmatan yang luar biasa. Dinda yang merasa kelelahan tergeletak bersimbah keringat.

Hatinya bergemuruh mengenang yang barusan terjadi. Ada apa dengannya? Apakah dia sudah menjadi seorang lesbi? Ah, tidak! Ia masih normal! Hati Dinda berontak. Ia segera berlari keluar kamar sebelum Ayu Ting Ting kembali memburunya dengan batang wortel yang masih bersimbah darah keperawanan Ayu Ting Ting.

TAMAT

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar